
Washington, 1 Oktober 2025 – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan ancaman keras terhadap Hamas. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa kelompok yang didukung Iran itu akan menghadapi konsekuensi parah bila menolak rencana perdamaian untuk Jalur Gaza yang diajukannya.
Ancaman tersebut disampaikan Trump saat berpidato dalam pertemuan para jenderal dan laksamana AS di Quantico, Virginia, pada Selasa (30/9) waktu setempat.
“Kita akan mendapatkan satu tanda tangan yang kita butuhkan, dan penandatangan itu akan membayar di neraka jika mereka tidak menandatanganinya. Saya harap mereka menandatangani demi kebaikan mereka sendiri dan menciptakan sesuatu yang benar-benar hebat,” kata Trump, merujuk langsung pada Hamas.
BACA JUGA :
Kebakaran Hebat di Tamansari Jakbar, 1.129 Warga Jadi Korban
Ultimatum Tiga hingga Empat Hari
Trump sebelumnya memberikan ultimatum kepada Hamas agar merespons dalam waktu tiga sampai empat hari. Ia menegaskan, bila Hamas menolak, maka akan ada “akhir yang sangat menyedihkan”.
“Kita hanya menunggu Hamas, dan Hamas akan melakukannya atau tidak. Dan jika tidak, itu akan menjadi akhir yang sangat menyedihkan,” ucap Trump.
Isi Rencana Perdamaian
Rencana perdamaian yang diusulkan Trump terdiri atas 20 poin utama, di antaranya:
- Seruan gencatan senjata segera.
- Pembebasan semua sandera oleh Hamas dalam waktu 72 jam setelah gencatan senjata.
- Pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.
- Perlucutan senjata Hamas sepenuhnya.
- Penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza.
- Pengerahan pasukan stabilisasi internasional sementara.
- Pembentukan otoritas transisi bernama Board of Peace atau Dewan Perdamaian, yang akan dipimpin langsung oleh Trump bersama sejumlah tokoh, termasuk mantan PM Inggris Tony Blair.
Bagi anggota Hamas yang bersedia melucuti senjata dan hidup berdampingan secara damai di Gaza, Trump menawarkan amnesti.
LUNASPORT :
Ryder Cup 2025: Kepemimpinan Luke Donald Tim Eropa Kembali Berjaya
Respons Hamas dan Dukungan Global
Hamas hingga kini belum memberikan tanggapan resmi. Seorang pejabat senior menyebut, pihaknya akan mempelajari dokumen rencana tersebut dengan “itikad baik” setelah menerima salinan dari Qatar dan Mesir.
Sementara itu, rencana perdamaian ini mendapat sambutan positif dari berbagai negara, termasuk sejumlah negara Arab dan Muslim. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah menyatakan dukungan penuh dalam pernyataannya bersama Trump di Gedung Putih.